Jumat, 21 Januari 2011

PERCAYAKAH EINSTEINDENGAN ADANYA TUHAN ?


PERCAYAKAH EINSTEIN DENGAN ADANYA TUHAN ?

Hukum dasar fisika menyatakan, bila suatu Dzat yang sempurna menciptakan sesuatu. Maka ciptaanNya akan dilandasi oleh kesempurnaan diriNya. Setiap hukum yang dibuatNya adalah kekal, dan segalanya akan berlangsung simetri (seimbang) memnuhi hukum kekekalan, Pola ini secara garis besar terdiri dari negatif-positif. Hukum tersebut dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, siang berpasangan dengan malam, wanita dengan pria, obat dengan racun, atas dengan bawah, benar dengan salah. Pasangan akhirnya (sigma) adalah negatif-nol-positif; misalnya wanita-waria-pria, atas-tengah-bawah, sebab-pilihan-akibat, dan seterusnya. Susunan komponennya adalah negatif-(negatif-positif)-positif dan 2 positif; mislnya malam-(subuh-magrib)-siang-(hukum waktu pengisinya), wanita-(wanita-wanita kepriaan-pria kewanitaan)-pria dan (hukum akal pengisinya), sebab-(buruk-baik)-akibat dan (hukum moral pengisinya).
Dari contoh pola itu kita bisa meliht bahwa hukum adalah dasar pokoknya, sebab mengisi semua komponen pasangan. Artinya hukum adalah dasar penciptaan, yang muncul pertama untuk memproses terjadinya segala sesuatu dalam alam. Tanpa hukum yang mengatur dan mengendalikan, maka penciptaan tidak akan terjadi. Persamaan Paul Dirac tentang penciptaan pasangan-pasangan dan penghancurannya menyatakan bahwa, bila negatif dan positif bertemu, maka akan saling menghancurkan, kebenarannya telah dibuktikan oleh percobaan laboratorium. Dengan demikian jika tidak ada hukum yang mengatur dan mengendalikannya, maka dalam alam tidak akan ada wujud yang hadir. Karena stiap ada satu unsur muncul akan dihancurkan lagi oleh lawan unsur itu.
Simetri adalah pola sederhana namun memiliki pengembangan tidak terbatas, karena segala yang hadir dalam alam, baik benda maupun peristiwa, disadari atau tidak disadari seluruhnya terkurung dalam pola itu. Bukti yang tidak bisa dibantah muncul dari percobaan laboratorium pemercepat zarah bahwa, simetri itu berlaku dari ukuran yang paling besar hingga yang paling kecil, bahkan hingg zarah-zarah gaung yang tidak berwujud, yaitu rasa yang disebut quark.
Sesungguhnya teori-teori Dirac merupakan permulaan penelitian terhadap antizarah dan antibahan. Persamaan gelombang X = 0 dengan fungsi delta (peralihan atau perubahan) tak terbatas, merupakan persamaan paling lengkap, karena mencakup gabungan dari teori bundel (quantum) Max Planck sebagai alam mikro dengan teori kenisbian (relativity) Einstein yang merupakan alam makro.
Tetapi persamaan ini ditolak oleh para ilmuwan, karena menurut mereka (pendukung teori relativitas Einstein) melanggar gagasan pengurungan (The Idea of containment). Menurut gagasan ini, alamraya adalah sistem mandiri yang diketahui kelahirannya dari big bang, tetapi tidak diketahui nasib akhirnya. Dan di luar alamraya tidak ada alam lain (ini meyiratkan bahwa Einstein tidak percaya dengan adanya Tuhan yang menciptakan alam sebab dan alam akibat). Sedangkan menurut persamaan di atas sebagai “peralihan 3 dimensi ruang (kasar-halus-lembut), menghasilkan 1 ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3 dimensi (hukum-akal-rasa), memberi petunjuk bahwa alam ada yang menciptakan.
Karena sampai saat ini belum ada yang dapat membuka kesalahan gagasan pengurungan, maka kebanyakan ilmuwan baru mau menerima hasil utak-atik Dirac yang X ≠ 0 dengan fungsi delta terbatas. Tetapi tentu saja ada sebagian kecil ilmuwan yang berpandangan netral, mereka menyatakan bahwa fisika berkembang melalui perubahan dan pembuangan gagasan-gagasan yang mungkin suatu waktu menyalahi kenyataan. Karena itu, jika di masa depan sekali lagi kita berhasil mengubah waktu wujud dalam suatu cara, maka alamraya wujud dan kosmologi pada dasarnya akan dirubah pula.
Kalau tidak terpaku pada teori relativitas Einstein yang mempesona, kita dapat menilai persamaan itu yang lebih benar, sekaligus menyatakan bahwa gagasan pengurungan adalah penefsiran yang keliru. Karena di samping menyalahi hasil pembuktian laboratorium pemercepat zarah, saya sebagai orang yang percaya pada petunjuk Alqur’an yang menyatakan, selain adanya alamfana (alamraya) hadir pula alambaka  (antialamraya).
Ruang bayangan cermin dari 3 tingkat peralihan pada rumus di atas adalah alambaka. Salah satu contoh hadirnya ruang bayangan cermin, telah dibuktikan langsung oleh rosul Muhammad pada waktu mi’roj 14 abad yang silam. Itu diberitakan  dalam surat Annajm ayat 14-16 : Yang letaknya di (dekat) Sidrotil Muntaha. Di sisi (seberangnya) terdapat Syurga tempat tinggal (masa depan) bagi orang-orang bertaqwa (Muhammad melihat Syurga itu) ketika Sidrotil Muntaha  diselubungi sesuatu            (yaitu dinding tenaga yang bening).
Satu lagi, gagasan pengurungan juga melanggar salahsatu hukum dasar fisika yaitu hukum kekekalan masa dan tenaga. Sebab tanpa kehadiran antialamraya, maka alamraya yang menurut hasil penelitian laboratorium fisika nuklir berstatus sebagai alam negatif (omega minus). Dengan demikian, alamraya mandiri seharusnya tidak bisa hadir, karena tidak ada pengekal pusingannya.

Tidak ada komentar: